Wasiat M. Natsir : Dakwah Ilallah

Assalammu’alaikum warahmatullahi wabaraakaatuh.
Saudara-Saudara hadirin, bersyukur kita kepada Allah SWT, atas tercapainya maksud kita untuk mengadakan silaturahmi ini; Tasyakur, 24 tahun berdirinya Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia. Sayang saya sendiri tak dapat duduk bersama-sama di hari-hari yang berbahagia ini, berhubung dengan kesehatan saya sedang terlalu payah; Memang ini gejala pembawaan umur yang disebut syaikuukah. Demikianlah sesuatusunnatullah yang patut kita syukuri, alhamdulillahirabbil ‘alamin.

Pada saat-saat seperti sekarang ini, kita dengan sendirinya ingat kepada saudara-saudara seperjuangan kita semenjak kita memulai perjuangan di berbagai macam bidang.
Selama masa 60 tahun lebih kita umat Islam Indonesia bangkit di berbagai macam bidang, seperti bidang sosial, pendidikan, politik, dan ekonomi yang semua itu melingkupi apa yang kita sebut Dakwah ilallah. Sejarah demi sejarah menyaksikan sendiri, tiap-tiap perjuangan terutama sejak permulaan abad ini, Islam mengambil peran sebagai perintis jalan.

Sejarah menyaksikan, di benak ini banyak sekali nama-nama yang perlu disebut yang bertebaran di seluruh Indonesia. Tapi pada saat ini, marilah kita membatasi beberapa nama yang belum lama meninggalkan kita. Di tengah-tengah mereka, saya asyik bersama-sama memimpin dan mengarahkan perjuangan kita ini.

Saudara-saudara dari daerah-daerah tentu akan lebih mengingat nama-nama mereka yang tidak asing itu, yang kita tidak akan dapat lupakan selama-lamanya. Dalam lingkungan terbatas kita umpamanya tidak dapat melupakan ustad kita KH Taufiqurrahman, pemimpin dan pelopor kita KH Faqih Usman, Pak Prawoto Mangkusasmito, Pak Sukiman Wiryosanjoyo, Buya Hamka, Buya Datuk Kalimoyo,  Pak KH Ahmad Anshori, Pak Syaffrudin Prawiranegara, Pak Burhanudin Harahap, dan lain-lain. Ini hanya sebagian dari mereka semoga Allah SWT menganugerahi rahmat bagi arwah mereka, amin yaa rabbal ‘alamiin.

Alhamdulillah, saya dapat mengikuti persiapan-persiapan untuk pertemuan yang berbahagia ini, dan saya do’akan mudah-mudahan berhasil sebagaimana kita cita-citakan. Ingatlah kita semua kepada beberapa hadits Rasulullah SAW dalam penutup khutbatul wada’, antara lain berbunyi “taroktu fiikum amroid, maa intasma’in tamassakhtum bimaa lam tadhillu abada; kitabullah wa sunnatin nabiyyi”. Demikian Rasulullah SAW bersabda, “aku wariskan kepadamu sekalian dua perkara yang jika kamu sekalian berpegang kepada keduanya niscaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi (Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya).

Demikian kata Rasulullah sebagai penutup risalah beliau selama 23 tahun, yang satu bernama Kitabullah (Al Qur’anul Karim) dan yang kedua Sunnaturasulullah (Sunnah rasulullah SAW) sebagai petunjuk untuk mengamalkan Kitabullah.
Dalam sejarah kita menyaksikan sendiri bahwa umat Islam sekalipun menghadapi bermacam cobaan dan terkadang kadang sampai bercerai berai, tetap selalu ada seruan Kitabullah dan Sunnat Nabi SAW yang memanggil mereka kembali ke jalan yang benar. Begitu kejadian dalam sejarah demikian dahulu dan sekarang dan demikian pula di masa yang akan mendatang, insya Allah.
Dalam (khutulul bada) itu pula kita masih ingat bagaimana Rasulullah SAW menunjukkan perhatian kita pada satu kalimat yaitu “innazamaa laqodistadaa” (sesungguhnya masa berubah zaman berganti). Dalam hidup di dunia ini perubahan masa dan pergantisn zaman tetap berlaku sesuai dengan firman Ilahi bahwa hidup itu adalah cobaan atau ujian, “wa nabluukum bisysyari wal khairi fitnatan” (dan sesungguhnya Kami akan uji kamu sekalian dengan kesusahan dan kesenangan yaitu sebagai ujian).
 Yang satu tak dapat dipisahkan ke yang lain, dua-duanya berjalan bersama-sama atau berganti-ganti, itulah arti hidup. Kadang-kadang kita diuji dengan rasa kesenangan, ada kalanya dengan rasa putus asa, kedua-duanya adalah ujian. Apa kita dapat mengatasi kedua perasaan itu atau tidak?
Maka, marilah kita melihat tiap-tiap persoalan yang kita hadapi. Dari masa ke masa, sekarang atau yang akan datang sebagai ujian, cobaan, sebagai ikhtilat yang silih berganti, dan tidak usah kita menyembunyikan diri ini dari padanya tetapi kita harus hadapi dengan iman dengan warisan Rsulullah SAW dengan Kitabullah wa Sunnatun Nabiyyi.
Saudara-Saudara, ada sya’ir yang saya ingin kita sama-sama mengingatnya: “Qifduu naroikatil hayati mujaahidan innal hayaata aqiidatu wajihaad, qifduu na roiikatil hayati mujaahidan’’. Tegaklah kamu selama hidup ini sebagai mujahid mempertahankan pendirianmu, sebab sesungguhnya yang memaknakan hidup itu ialah tak lain dari pada aqidah dan jihad.
Mudah-mudahan, demikianlah.
Wassalammu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Previous Post Next Post